Media Sosial Menggeser Budaya Komunikasi Tatap Muka

Posted by

(Sudut pandang komunikasi terhadap media sosial) oleh : Nurleni

Anak remaja mana yang tak memiliki akun media sosial ? pertanyaan yang mungkin memiliki jawaban yang sama dengan pertanyaan, anak remaja mana yang tak memiliki smartphone ?. Bahkan bukan hanya anak remaja yang memiliki akun-akun media sosial, orang tua dan anak-anak kini memilikinya untuk meningkatkan pergaulan.

Menurut Andreas Kaplan dan Michel Haenlein, media sosial sebagai sebuah gabungan aplikasi berbasis internet yang membangun diatas dasar ideology dan teknologi web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content. Media sosial yang umumnya digunakan adalah facebook, twitter, blog, google plus dan makin bertambah seiring dengan maraknya handphone pintar. Yang terbaru adalah path dan instagram.

Media sosial menjadi bagian dari kehidupan manusia, mengingat tingkat kepentingan handphone itu sendiri terhadap diri manusia. Bagaimana tidak, media sosial yang mampu meningkatkan pergaulan ini di fasilitasi dengan maraknya smartphone murah.

Pesatnya penggunaan media sosial, kini menggeser kebudayaan komunikasi tatap muka. Interaksi tatap muka yang semula terjadi setiap hari, tergeser dan seolah-olah luntur dengan semakin berkembangnya media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dari mulai surat menyurat, telpon, sms dan kini media sosial.
Budaya komunikasi baru terbentuk dengan mudahnya akses internet.

Media sosial memudahkan manusia untuk berkomunikasi kapan saja dan dimana saja selama ada jaringan internet. Bahkan media sosial juga dijadikan alat untuk mendapatkan uang dengan berdagang online.

Dampak positif tersebut menjadi bahaya jika manusia ketergantungan terhadap media sosial. Manusia yang sehari-harinya menjalani aktivitas ditemani internet dan media sosial membentuk masyarakat maya atau cybercommunity.

Masyarakat maya merasa nyaman berada di lingkungan barunya, tanpa bertatap muka seseorang aktif membagi cerita, foto dan videonya kepada orang lain yang bahkan tak ia kenal. Mereka seolah mengabaikan komunikasi tatap muka sebagai komunikasi untuk menyambung tali silaturahmi yang ditandai dengan berjabat tangan.

Dampaknya seseorang yang aktif di media sosial atau dunia maya belum tentu aktif di dunia nyata, belum tentu ia mampu berkomunikasi langsung dengan baik sebaik ia berkomunikasi di dunia maya.

Menggunakan media sosial sebagai cara mudah berkomunikasi dan mendapat informasi tidak menjadi salah, jika digunakan sewajarnya. Hal ini akan menjadi baik jika pengguna menggunakan secara cerdas. Cerdas dalam artian tak menggantungkan diri pada media sosial dan tak melupakan budaya komunikasi tatap muka.

Referensi / Bahan bacaan :
Kaplan, Andreas M; Michel haenlein (2010) “ Users of the world, unite! The challenges and opportunities of social media”
lekander, Pramudyanto, Benny .Media Baru dan Peluang Counter-Hegemony atas Dominasi Logika Industri Musik (Studi Kasus Perkembangan Netlabel di Indonesia).Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 10, No.1 (Juni 2013), hal. 70. Yogyakarta : Universitas Atmajaya
http://ahlikomunikasi.wordpress.com/
icl.googleusercontent.com


Blog, Updated at: 19.44

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini